Source Img : Media Indonesia |
Ing Ngarsa Sung Tuladha
Ing Madya Mangun Karsa
Tut Wuri Handayani
Di depan kita menjadi contoh
Di tengah membangun prakarsa dan bekerjasama
Di belakang memberi daya semangat dan dorongan
-Ki Hajar Dewantara-
Pendidikan adalah hiasan dalam kemakmuran, perlindungan dalam kesulitan dan tunjangan di masa tua. Pendidikan merupakan proses mencetak generasi penerus bangsa yang berkualitas.
Berdasarkan survei kemampuan belajar yang dirilis oleh Programme For Internasional Student Assisment (PISA) pada Desember 2019 di Paris, menempatkan Indonesia peringkat ke-72 dari 77 negara. Berdasarkan penelitian seorang Professor di Harvard, kondisi pendidikan di Indonesia juga disebut tertinggal 128 tahun dari negara maju.
Tentu ini menjadi tantangan besar bagi kita semua. Terkhusus kita generasi muda sebagai penerus dan pelurus bangsa harus terus berusaha 'mengejar' ketertinggalan tersebut demi mendapatkan kualitas pendidikan terbaik di Indonesia.
Lalu Bagaimana Perubahan Pendidikan di Era 4.0?
Source Img : Silabus Web |
Perubahan era ini tidak dapat dihindari oleh siapapun sehingga dibutuhkan penyiapan sumber daya manusia (SDM) yang memadai agar siap menyesuaikan dan mampu bersaing dalam skala global. Peningkatan kualitas SDM melalui jalur pendidikan mulai dari pendidikan dasar dan menengah hingga ke perguruan tinggi adalah kunci untuk mampu mengikuti perkembangan Revolusi Industri 4.0.
Keberhasilan suatu Negara dalam
menghadapi revolusi industri 4.0, turut ditentukan oleh kualitas dari pendidik seperti guru. Para guru dituntut menguasai keahlian, kemampuan beradaptasi dengan teknologi baru dan tantangan global. Dalam situasi ini, setiap lembaga pendidikan harus mempersiapkan oritentasi dan literasi baru dalam bidang pendidikan. Literasi lama yang mengandalkan baca, tulis dan matematika harus diperkuat dengan mempersiapkan literasi baru yaitu
literasi data, teknologi dan sumber daya manusia.
Literasi data adalah kemampuan untuk membaca, analisa dan menggunakan informasi dari data dalam dunia digital. Kemudian, literasi teknologi adalah
kemampuan untuk memahami sistem mekanika dan teknologi dalam dunia kerja. Sedangkan literasi sumber daya manusia yakni kemampuan berinteraksi dengan baik, tidak kaku, dan berkarakter.
Untuk menghadapi era revolusi industri
4.0, diperlukan pendidikan yang dapat membentuk generasi kreatif, inovatif. Hal tersebut dapat dicapai salah satunya dengan cara mengoptimalisasi penggunaan teknologi sebagai alat bantu pendidikan yang diharapkan mampu menghasilkan output yang dapat mengikuti atau mengubah zaman menjadi lebih baik. Tanpa terkecuali, Indonesia pun perlu meningkatkan kualitas lulusan sesuai dunia kerja dan tuntutan teknologi digital.
Oleh karena itu, pengembangan kurikulum saat ini dan masa depan harus melengkapi kemampuan siswa dalam dimensi pedagogik, keterampilan hidup, kemampuan untuk hidup bersama
(kolaborasi) dan berpikir kritis dan kreatif. Mengembangkan soft skill dan transversal skill, serta keterampilan tidak terlihat yang tidak terkait dengan bidang pekerjaan dan akademik tertentu. Namun, berguna dalam banyak situasi kerja seperti keterampilan interpersonal, hidup bersama, kemampuan menjadi warga negara yang berpikiran global, dan literasi media dan informasi.
Pengembangan kurikulum harus mampu mengarahkan dan membentuk siswa yang siap menghadapi era revolusi industri
dengan penekanan pada bidang Science, Technology, Engineering, dan Mathematics
(STEM), serta berkarakter. Reorientasi kurikulum yang mengacu pada pembelajaran
berbasis TIK, internet of things, big data dan komputerisasi, serta kewirausahaan dan magang, perlu menjadi kurikulum wajib untuk
menghasilkan lulusan yang terampil di bidang literasi infromasi, literasi teknologi, dan literasi manusia.
Oleh : Tim Redaksi (Taqiya)
Sumber : Dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar