Source Img : Mata Madura
|
Kyai As'ad dikenal sebagai ulama besar sekaligus tokoh dari Nahdlatul Ulama dengan jabatan terakhir sebagai Dewan Penasihat (Musytasar) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama hingga akhir hayatnya. Beliau adalah penyampai pesan (Isyarah) yang berupa tongkat disertai ayat al-Qur'an dari Kholil al-Bangkalani kepada Hadratusysyaikh Hasyim Asy'ari, yang merupakan cikal bakal berdirinya Nahdlatul Ulama.
Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo Situbondo (Source:Hidayatullah) |
Kisah heroisme Kyai As’ad dalam perjuangannya di NU ditegaskan sangat gamblang dalam buku “Kharisma Kyai As’ad di Mata Umat” yang diterbitkan PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo. Dalam buku itu, tepatnya di halaman 51, Kiai As’ad dikisahkan berikut ini:
“Pada tahun 1971, Kyai As’ad menjadi juru kampanye partai NU di Alun-alun Situbondo. Beliau tak banyak bicara, hanya 15 menit.
“Saya tak mungkin keluar dari NU dan akan tetap mencoblos NU. Mengapa? Karena saya pernah mimpi berjumpa Imam Syafi’i dan Imam Ghazali. Dalam mimpi tersebut, seolah-olah Imam Syafi’i menjadi syuriah NU, sedangkan tanfidziyah Imam Ghazali. Karena itu, kalau sampeyan mengikuti kedua imam tersebut, harus mencoblos NU!” kata Kyai As’ad berapi-api.
Begitulah, mimpi Kyai As’ad tentang Imam Syafi’i Jadi Syuriah NU, Tanfidziyahnya Imam Ghazali
Dalam buku itu, kisah lain tentang Kyai As’ad diceritakan Cholid Mawardi, salah satu mantan ketua umum GP Ansor. Cholid Mawardi pernah mendapatkan kisah langsung dari Kyai As’ad, bahwa kalau kampanye di Madura tidak perlu banyak bicara. Sambil menenteng pedang dan celurit, lalu berkata:
“Kalau mau pilih NU berarti ikut saya. Yang tak ikut berarti menentang saya. Yang menentang saya, ayo berkelahi,” kata Kyai As’ad.
Bagi Cholid Mawardi, apa yang disampaikan Kyai As’ad sekedar guyonan saja, karena sejatinya yang lebih penting adalah ketokohan dan kehebatan harus ditunjukkan ketika berhadapan dengan masyarakat, khususnya di Madura. Jangan hanya pandai bicara saja, karena masyarakat butuh bukti bukan janji. Pesan Kyai As’ad ini ditujukan kepada Ansor dan kaum muda NU agar mempersiapkan diri secara fisik dan mental untuk tampil sebagai pemimpin nasional dan mampu memimpin rakyat banyak.
Dalam kisah lain lagi, Kyai Wahab Chasbullah pernah mengutus Kyai As’ad untuk sowan kepada Sunan Ampel, yakni menyampaikan surat Kyai Wahab kepada Sunan Ampel menjelang berdirinya NU. Surat itu diletakkan di atas makam Sunan Ampel. Tak lama kemudian, Kyai Wahab menegaskan bahwa Sunan Ampel telah merestui berdirinya jam’iyyah yang bernama NU.
Dalam kisah lain juga, Kyai As’ad pernah bercerita bermimpi dengan Nabi Muhammad dan para Ulama besar.
“Orang-orang yang hadir disuruh ikut Kyai Hasyim. Setelah itu, saya melihat Kyai Hasyim terbang memutari Ka’bah. Setelah mendapat 7 putaran, beliau turun duduk di atas maktab. Setelah itu, yang ada hanya saya dan Kyai Hasyim. Lalu beliau mengajak saya pergi, sampai di pintu Baitullah, mendadak pintu langit terbuka.”
Begitulah sosok Kyai As’ad Syamsul Arifin. Semangatnya dalam berjuang di NU menjadi teladan bagi para kader NU saat ini untuk terus mengembangkan diri dan menguatkan perjuangan NU dalam rangka memberikan kemaslahatan bagi bangsa dan negara.
Oleh : Tim Redaksi (Almaz)
Sumber : Buku Kharisma Kiai As'ad di mata umat Karya Syamsul A. Hasan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar