Manusia di "Perbudak" Dunia - Klik Media 9

Breaking

Kamis, 21 Mei 2020

Manusia di "Perbudak" Dunia

Ilustrasi Manusia diperbudak Dunia (Source :Wattpad) 

Manusia di "Perbudak" Dunia

            Seperti yang kita ketahui bersama,  akhlak merupakan salah satu komponen terpenting dalam tatanan sosial yang membawa kenyamanan,dan keadilan bagi semua.Akhlak adalah hasil akhir bagi umat islam dalam pelaksanaan Iman dan Islam. Jika kita sebagai umat islam, mampu menyelesaikan Iman dan islamnya dengan baik dan sempurna, maka akhlak yang sempurna jugalah yang akan kita raih. Allah swt telah menggambarkan  sosok figur publik yang dapat dijadikan teladan dalam kehidupan kita yaitu Rasulullah saw. sebagaimana terekam dalam Surah al-Qalam [68]: 4,

ÙˆَØ¥ِÙ†َّÙƒَ Ù„َعَÙ„َÙ‰ Ø®ُÙ„ُÙ‚ٍ عَظِيمٍ

Dan sesungguhnya Engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.

              Dilihat dari segi sebab turunnya ayat di atas, diriwayatkan dr Abu Nu’aim di dalam Kitab Asbabun Nuzul karya Imam al-Wahidi dan Kitab Dala’il Al Nubuwwah karya Abu Nu’aim al-Asbahani, dengan sanad yang bersumber dari ‘Aisyah ra. bahwa tak ada seorang pun yag memiliki akhlak yang lebih mulia daripada akhlak Rasulullah saw. tatkala seseorang memanggil beliau, baik sahabat, keluarga, ataupun penguhi rumahnya, beliau saw. selalu menjawab: “Labbaik (saya memenuhi panggilanmu)”.
                 Ayat ini turun sebagai penegasan bahwa Rasulullah SAW memiliki akhlak yang sangat terpuji. Bahkan, kita juga pasti pernah, atau bahkan sering, mendengar hadits, yang berbunyi "Innama bu'istu lii utammima makarimal akhlaq", yang artinya "Sesungguhnya Aku mengutusmu (Muhammad) untuk menyempurnakan akhlak".
                 Prof. KH. Quraish Shihab dalam kitab Tafsir al-Misbah karangan beliau,  menerangkan kata  khuluq jika tidak dibarengi dengan adjektifnya, maka ia selalu berarti budi pekerti yang luhur, tingkah laku dan watak terpuji. Kata  ‘ala mengandung makna kemantapan. Memang Allah menegur beliau jika bersikap dengan sikap yang hanya baik dan telah biasa dilakukan oleh orang-orang yang dinilai sebagai berakhlak mulia. Salah satu bukti dari sekian banyak bukti tentang keagungan akhlak Nabi Muhammad saw. — menurut Sayyid Quthub — adalah kemampuan beliau menerima pujian ini dari sumber Yang Maha Agung itu dalam keadaan mantap tidak luluh di bawah tekanan pujian yang demikian besar itu, tidak pula goncang kepribadian beliau yakni tidak menjadikan beliau angkuh.Beliau meneriman pujian itu dengan penuh ketenangan dan keseimbangan.
                Masih dalam kitab Tafsir Al Musbah,  di katakan bahwa ulama memahami kata khuluqin al'adzim dalam arti agama berdasar firman-Nya innaka ‘aid shirathin mustaqim (QS. az￾Zukhruf [43]: 43 sedang Shirath al-Mustaqim antara lain dinyatakan oleh al-Qur’an sebagai agama. Sayyidah ‘Aisyah ra. ketika ditanya tentang akhlak Rasulullah beliau menjawab Akhlak beliau adalah al-Qur’an (HR. Ahmad).
           Dari hadits di atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa ketika kita memahami secara benar kandungan Al-qur'an maka kita akan menemukan hikmah atau penerapannya dalam kehidupan kita, terlebih lagi dalam akhlak atau tingkah laku kita. Sebaliknya,jika kita tidak mampu mendalami semua pesan yang ada di dalam al-Qur’an, maka kitapun tidak mampu melukiskan akhlak yang di miliki oleh Rasulullah saw.  Beliau adalah bukti nyata yang Allah berikan agar dijadikan tuntunan bagi kita dalam hidup di dunia ini.

Meneladani Akhlak Rasulullah saw.

          Pada dasarnya akhlak mulia Rosulullah lah yang kita perlukan saat ini dalam menciptakan keharmonisan dan kedamaian dalam hidup bermasyarakat. Namun, masih banyak diantara kita umat islam yang 'katanya' umat atau kaum millenial, yang memiliki akhlak atau tingkah laku berbanding terbalik dengan akhlak Rosull, kenapa begitu? Selain pemahaman tentang Iman dan Islam yang masih sangat minim, mungkin juga disebabkan kita sebagai kaum millenial masih diperbudak oleh urusan duniawi, entah itu jabatan, kekayaan, kedudukan, pasangan, atau bahkan haus akan pujian. Masih banyak,kaum muda yang bermain sosmed tanpa memperhatikan akhlak yang Rosulullah ajarkan, contohnya, remaja putri yang masih saja membuka auratnya saat memposting foto di akun sosial medianya , dan atau remaja laki laki yang masih adu tampilan dengan memamerkan kekayaan milik orang tua mereka. Bukan kah membuka aurat dan sombong/pamer itu di benci oleh Allah.   Na'udzubillah.
            Di era millenial yang serba canggih ini, tidak hanya kaum muda saja yang eksis dalam bermain teknologi, namun para orang tua pun ikut serta di dalamnya. Masih ada saja seorang Bapak/Ibu yang bermain sindir menyindir di status sosial media mereka, bahkan ada ada saja yang mencemooh orang lain melalui status di akun sosial media mereka. Bukankah Allah sendiri telah memerintahkan kita untuk menutup aib orang lain.
           Ada juga kaum millenial atau kaum 'masa kini' dengan gaya penampilan yang berbeda-beda, dengan bangga dan sombongnya memamerkan harta kekayaan yang mereka miliki, padahal Rosulullah sendiri tidak pernah mencontohkan atau bahkan mengajari umat nya untuk sombong. Mereka dengan bangganya mengeluarkan smartphone mereka masing-masing yang selalu berganti sesuai perkembangan zaman.  Tanpa mereka atau kita sadari, bahwa itu adalah ujian yang Allah berikan pada umat Muhammad di zaman millenial ini.
          Tidak bisa di pungkiri, bahwa dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat ini juga berpengaruh dengan akhlak atau perilaku umat manusia, tanpa terkecuali umat islam sendiri. Remaja muslim 'masa kini' pun ikut serta di dalamnya. Bagi mereka yang tidak bisa mengontrol nafsunya dalam hal mengikuti perkembangan teknologi yang sangat pesat ini pasti akan ada saja akibat yang berimbas dengan peperangan di sosial media, adu argumen dan saling merasa paling benar. Tak hanya itu, informasi yang keliru juga terkadang memberikan dampak negatif bagi generasi milenial dalam segala aspek,baik itu di lingkungan keluarga,pertemanan,ataupun bermasyarakat,atau seperti dari aspek pengetahuan dan pendidikan, khususnya pendidikan islam. Padahal sudah sangat jelas,bahwa Rasulullah saw mengajarkan kita untuk senantiasa bertabayyun dengan arti lain memverifikasi atau mengecek setiap berita yang kita terima agar kita tidak begitu saja menelan mentah-mentah berita atau informasi tersebut.
          Memang benar adanya bahwa kita sebagai generasi muda yang pintar dan cerdas di zaman milenial, di zaman yang serba modern, zaman serba canggih,seperti sekarang ini, jangan sampai "gaptek" (gagap teknologi) ketinggalan informasi-informasi dari luar, akan tetapi jangan lupakan tentang prinsip kita sebagai seorang Muslim. Memang benar adanya, bahwa zaman Rasulullah SAW sudah terjadi jauh sebelum zaman milenial ada. Namun,  bukankah akhlak, perilaku, perkataan,budi luhur Rasulullah masih bisa dijadikan keteladanan hingga saat ini. Sebab, risalah Islam diturunkan tidak berhenti di zaman Rosulullah saja, tapi hingga akhir zaman nanti.
            Kewajiban kita, sebagai kaum muslim, yang hidup di zaman milenial ini, adalah meneladani sikap dan perilaku Rosulullah, selain itu juga kita harus bisa memilih dan memilah mana yang baik dan buruk bagi kehidupan sekarang sekaligus kehidupan di masa yang akan datang.  Pepatah mengatakan "Siapa yang menanam, pasti akan memetik" . Saat kita menanam kebaikan di hari ini, kita pasti akan memetik buah dari kebaikan itu di hari yang akan datang, begitupun sebaliknya.

Sekian,
terimakasih.

Oleh : Kontributor Purworejo (Lutfi Choirun Nisa)
Editor : Annisa Ika
Sumber: Dari Berbagai Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar