Source Img: Pinterest |
Namamu yang selalu hadir kala itu, mampu membiaskan garis tawaku, menghidupkan lesung manis dipipiku.
Hadirmu kala itu memberi kehangatan dalam telanjangnya angin liar.
Memberi seduhan indah di keindahan malam.
Memberi rasa dan warna,
Tetapi tidak untuk pekanku kali ini.
Pekanku ini begitu hening tak berdering
Senjaku ini begitu sepi bak ruang tak berpenghuni.
Pekanku ini,
penaku masih saja berdiri rapih tak sedikitpun berganti posisi.
Poket hitamku begitu tenang ditengah dinginya angin malam.
Rasaku begitu kaku.
Remang, redung, tak berlampu.
Kisahku kenalu.
Pekanku ini ,
jariku tak lagi mencoret,menghapus dan menukar diksi-diksimu itu.
Kataku begitu sulit.
Kataku begitu rumit, terjepit dan terhilit.
Lidahku kelu terjerat tuk katakan indah namamu.
Penaku bak pena yang kehabisan tinta.
Sulit untuk ukirkan sebait kata.
Penaku baitku.
Dan namamu sebagian dari alurku.
Kisahmu baitku.
Nada rimaku tentangmu.
Huruf-hurufku begitu kaku, bak terjebak dan harus berhenti.
Tepat untuk ku gambarkan hadirmu saat ini.
Tak bisa ku tebak, licik dan abstrak.
Tetapi tetap akan ku jadikan sajak bersambung.
Entah seperti apa dan bagaimana,
Biarlah mata manusia yang menilainya.
Oleh : Aiena Rissa
Editor : Anisa Ika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar