Yatim Piatu #2
Sumber gambar : bukubekas.blogspot.com |
Setelah ayahanda San Ali wafat. San Ali diasuh oleh Ki Samadullah. Beliau merupakan teman dekat ayahnya. Selang beberapa waktu kemudian San Ali dikirim ke Padepokan Amparan Jati untuk memperdalam ilmu agama.
San Ali emerupakan sosok santri yang memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Ia juga pandai dalam pencak silat, oalah kanuragan, dan menyanyikan tembang-tembang pepujian.
Seiring bertambahnya usia.
Semakin hari tingkah san ali semakin berbeda. Ia sering memikirkan hal hal yang tak semestinya dipikirkan oleh seumurannya. Dengan kema'rifatannya, Syekh Datuk Kahfi menangkap sasmita jika San Ali kelak akan menjadi seorang guru agung yang memiliki kema'rifatan diatasnya. Akan tetapi hal tersebut membuat Syekh Datuk kahfi semakin berfikir, bahwa kelak San ali kan menghadapi suatu rintangan yang tidak akan dihadapi oleh org-orang awam.
Waktu semakin terlewati. Semakin berjalannya waktu Ki Samadullah dan Syekh Datuk Kahfi semakin memperhatikan tingkah lakunya. Hingga setiap kali San Ali pergi, Ki Samadullah selalu mendampingi. Akan tetapi hal tersebut membuat San Ali tidak nyaman. Disuatu ketika San Ali duduk di bawah pohon kalpa, ia melihat air yang mengalir sampai ke muara, pepohonan, bebatuan , ikan dll. San Ali berfikir bahwa semua makhluk dimuka bumi adalah aku. Jika air mempunyai mulut pasti akan berkata bahwa aku adalah air. Hal tersebut membuat san i semkin bertanya tanya perihal keakuan yang sesungguhnya. Pada hakikatnya aku adalah milik Aku. Setiap aku akan kembali pada Aku. Jika aku tidak mengetahui tentang aku maka aku tidak akan mengenal perihal sifat Aku.
Diumur ke 19 tahun San Ali pergi meninggalkan padepokan. Ia pergi bukan karena mencari harta, tahta, bahkan wanita. Ia pergi karena ingin menemukan aku yang sesungguhnya.
Redaksi: azizah
Referensi : suluk abdul djalil 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar