Source Img : Pinterest |
Sore itu di suatu kedai kopi.
Aku tengah menikmati
kerlap-kerlip lintang di nabastala.
Semua rasa melebur dalam balutan asap rokokmu.
Mengudara bersama aroma kopi yang khas itu.
Ada banyak pasang telinga
yang terpajang indah,
namun tak mampu mendengar keluh kesah
dari orang terdekat.
Ada tubuh yang terkulai lemas
namun tetap tegar memajang tawa,
karena ingin menjadi aman
bagi mereka,
yang butuh untuk dikuatkan.
bersama langit yang menyajikan rona jingga
hujannya sudah menepi,
tapi rindunya enggan untuk pergi
aku merindukan percakapan panjang kita
hatiku kembali memupuk kepercayaan.
Setelah detik kian lalu
aku tak lagi bisa menafsirkan
semua langkah yang bergerak bisu,
jejaknya hilang satu-satu.
mari bergandengan sebentar
kita bicarakan lagi kisah sebulan lampau
bagaimana kita saling merawat dan menyiram,
mencinta dan mengasuh,
menguatkan dan menjadi tempat pulang.
Perihal sakit, luka, juga angan yang belum terwujud.
Barangkali masanya bukan sekarang tercapai
melainkan esok hari
atau lusa,
atau mungkin lain waktu.
Saat retisalya
tak lagi menjadi topik utama
atau saat harsa,
menjelma menjadi teman bercengkrama.
Bersabarlah sebentar
barangkali esok
ada hal baik yang sedang menanti,
menunggu atma yang apati
untuk mengajaknya menari-nari.
rangkaian aksara mungkin tak cukup menjelaskan,
tentang beruntungnya aku
karena kita dipertemukan
menjadi kawan bertukar tawa dan pikiran.
bagaskara yang baswara,
dewi malam yang anindita,
kuharap kami akan abadi
untuk meneggelamkan seluruh rahsa renjana.
Oleh : D. Akhsani nadiya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar