Source Img : Google
Letakkan Sedikit Perasaan Pada Akalmu Agar Ia Lembut , dan Taruhlah Sedikit Akal Pada Rasa mu Agar Ia lurus
Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT dari intisari tanah yang dijadikan nuthfah dan disimpan ditempat yang kokoh, kemudian nuthfah itu dijadikan darah beku, dari darah beku itu dijadikan mudgah, mudgah dijadikan tulang, dari tulang dibalut dengan daging yang kemudian dijadikan Allah Swt menjadi manusia seutuhnya. Untuk menjalankan tugas dan fungsinya itu Allah SWT telah menganugerahkan kepada manusia berbagai potensi, diantara potensi yang teramat berharga adalah akal. Akal itulah yang membedakan antara manusia dengan makhluk yang lain, dengan akal itulah manusia mampu menghadapi kehidupannya, yang pada akhirnya mampu meraih keberhasilan hidup atau kebahagiaan.
Manusia sendiri tersusun dari dua unsur, materi dan imateri, jasmani dan rohani. Tubuh manusia berasal dari tanah dan roh atau jiwa berasal dari substansi imateri di alam gaib. Tubuh pada akhirnya akan kembali menjadi tanah dan roh atau jiwa akan pulang ke alam gaib. Tubuh mempunyai daya fisik jasmani yaitu mendengar, melihat, merasa, meraba, mencium, dan daya gerak, baik ditempat seperti menggerakkan tangan, kepala, kaki, mata, dan sebagainya, maupun pindah tempat seperti pindah tempat duduk, ke luar rumah, dan sebagainya. Dalam pada itu roh atau jiwa yang juga disebut al-nafs mempunyai dua daya, daya pikir yang disebut akal yang berpusat di kepala dan daya rasa yang berpusat di kalbu yang terletak di dada.
Dengan penciptaaan seperti itu, manusia dibedakan dari seluruh makhluk lainnya. Ia serupa dengan hewan dalam sebagian besar karakteristik fisik, dorongan emosi untuk mempertahankan diri serta kemampuan untuk memahami dan belajar. Namun ia berbeda dengan hewan dari karakteristik rohnya yang membuatnya cenderung mencari Allah SWT dan menyembah-Nya dan rindu akan keutamaan idealisme yang mengantarkannya pada peringkat tertinggi dari kesempurnaan manusiawi, dan inilah kiranya pandangan filsafat Islam terhadap manusia selanjutnya.
Orang yang berakal artinya mengunakan rasio untuk menganalisis suatu topik lalu dikirim kepada hati, kemudian hati menimbang kemudian mengirim kepada akal dan memerintahkan akal untuk di eksekusi oleh anggota tubuh. Akal mesti di latih dan diasah agar tajam dalam menilai dan memutuskan suatu masalah dengan cermat. Sedangkan perasaan yang bersumber dari hati nurani lahir kata-kata manis dan indah. Rasa merubah sumber kepedulian, setia, dan menyayangi. Rasa melahirkan kesetiaan dan loyalitas. Kehilangan rasa membuat seseorang, kelompok, masyarakat, negara dan pemimpin bertindak egoisme, zalim, pertumpahan darah. Hilang rasa membuat saudara jadi orang lain. Kawan jadi lawan. Rasa anugerah Allah kepada manusia sejak lahir.
Secara umum kaum adam lebih sering menggunakan akal nya ketimbang menggunakan rasanya. Disadari atau tidak memang seperti itulah kaum adam. Berlainan dengan kaum adam, kaum hawa justru sering lebih menggunakan rasanya ketimbang akalnya. Dari cara pola pikir tersebut semua punya kelebihan dan kekurangan. Jika kaum adam akan sering bertindak dan berperilaku menggunakan akal nya maka sering kali keputusan atau tindakan itu juga akan kurang baik, dalam tanda kutip cenderung egoistis, berlaku sering arogan walaupun sebenarnya tindakannya adalah hal baik. Berbeda dengan perempuan yang kebiasaannya menggunakan rasa, semuanya harus berpatokan pada rasa, misalnya berpikir seperti ini "baik gak ya...? gimana ya...? nanti kalau gini gimana yaa....? bla bla bla" , hal ini membuat banyak pertimbangan yang akhirnya juga kurang baik tentunya.
Akal dan rasa mempunyai tugas yang berbeda, tetapi keduanya harus selalu bersamaan terus. Keduanya mempunyai peranan sendiri-sendiri. Melalui akal, lahir kemampuan menjangkau pemahaman sesuatu yang pada gilirannya mengantar pada dorongan berakhlak luhur. Akal juga digunakan untuk memperhatikan dan menganalisis sesuatu guna mengetahui rahasia-rahasia yang terpendam untuk memperoleh kesimpulan ilmiah dan hikmah yang dapat ditarik dari analisis tersebut. Kerja akal di sini membuahkan ilmu pengetahuan sekaligus perolehan hikmah yang mengantar pemiliknya mengetahui dan mengamalkan apa yang diketahuinya. Sedangkan perasaan dapat dirumuskan sebagai fungsi manusia untuk menghayati nilai suatu objek. Perasaan dapat juga diartikan sebagai suatu jenis aktivitas psikis dimana manusia langsung mengalami atau menghayati sebuah nilai.
Sebagai manusia yang selalu berinteraksi dan bersosial tentu seringkali terbentur dengan keduanya. Dalam menjalani hidup seringkali kita manusia hanya melihat keluar. Secara tidak sadar kita selalu menyalahkan orang lain. Secara tidak sadar kita hanya fokus pada permasalahan bukan pada solusi. Kita hanya melihat apa yang ada di sekitar saja tanpa melihat apa yang ada di dalam diri kita sebenarnya. Sehingga seringkali kita melakukan segala sesuatu hanya demi sebuah kesan yang baik pada orang lain. Pada akhirnya kita tidak menemukan harmonisasi atas apa yang kita pikir, ucapkan, rasakan, dan lakukan.
Semua orang punya potensi untuk berkembang, untuk menemukan jati dirinya masing masing. Gunakankah seluruh potensi kita, baik raga, rasa, dan akal pada tempatnya. Fungsikanlah potensi-potensi tersebut dalam wilayah-wilayah kerjanya. Namun demikian, letakkanlah sedikit rasa dalam akalmu supaya akal kita lembut. Begitu pun sebaliknya, letakkan sedikit akal dalam rasamu agar tidak membuat kita arogan. Selain itu, berilah ruang dalam hati kita untuk menerima lawan. Siapa tahu suatu saat nanti, dia menjadi teman. Berilah ruang untuknya, siapa tahu kita membutuhkannya. Dengan begitu kita dapat hidup tenang, abadi dan selalu menerima siapapun yang bersalah.
Oleh: Masrur "Ketua HMPS PAI STAINU Purworejo" (Kontributor)
Editor: Annisa Ika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar