Katamu secangkir kopi dan tawa menjadi sebuah jawaban dari segala peryantaan, yaa begitulah yang terjadi sebuah pertanyaan yang selama ini semakin hari semakin menjadi-jadi, akhirnya mampu terjawab atas sebuah melodi kopi, mungkin saja hal itu terjadi setelah kita telah menemukan sebait makna atas diri kita. Siang sore itu adalah sebuah pekan dan rekan yang
sebelumnya tak pernah kubayangkan. Bersama sahabatku, diriku dapat menjamah sejuknya udara liar, tanpa sedikitpun beban yang tersimpan, setelah selama ini mungkin kita berdua terlalu nyaman menikmati lelahnya perjalanan sampai-sampai lupa bahwa ada kalanya kita berjalan dengan ringan, riang, dan tanpa beban yang selama ini kita pikul pada diri. Namaku Liya dan yang sedang kuceritakan saat ini adalah Kenz, tak paham betul apa arti nama darinya.
Siang sore ini tiba-tiba saja semesta mengizinkan aku dan Kenz, untuk terbang jauh dari dunia yang selama ini tercipta, yang rasanya terlalu banyak permainan yang menggodok ego, emosi, esensi , dan segala hal yang tidak ku sadari sebenarnya diriku tidak terlalu menikmati proses ini, sehingga banyak sekali hal yang kurasa menyebalkan, sampai lahirlah sikap yang menyebalkan pula dari tindak dan mindsetku. Setelah seharian aku dan Kenz membasuh lelah, dengan
menumpahkan segala lelah dalam bentuk tawa dan cerita, dimana saat itu kita berdua berada dalam ruang dan masa tanpa suasana marah-marah, yang terjalin adalah sebuah pemandangan gestur wajah mendamaikan, bertukar secangkir kopi sembari menikmati segala bentuk nikmat dan ketidak nikmatannya, menikmati pahit tetapi tidak sedikipun terasa pahit, menikmati
dengan legam dengan senyuman dan dengan kedamaian. Mungkin hal inilah yang dari kemarin kita berdua rindukan setelah kita hampir mati karena ego dan keresahan hati yang tidak pernah terobati.
Rasanya benar-benar seperti sedang berada pada alam yang paling sejuk dan mendamaikan, setelah perjalanaku dengan Kenz usai dan kita kembali pulang kerumah masing-masing, seketika beban dan lelahku benar-benar hilang dan tergantikan dengan semangat dan mindset yang baru.
Dari perjalanan dengan sahabatku tersebut setelah aku mencoba menikmati hari itu dengan apapun yang terjadi, aku dapat belajar bahwa manusia memang hidup dengan berbagai cara dan cerita. Banyak sekali kejutan yang tak pernah sekalipun terbanyangkan dalam angan,
terkadang banyak hal yang dirasa tidak sejalan, banyak hal yang terasa tidak berguna, karena kecewa bahkan terkadang manusia merasa bahwa dunia tidak sedang bersahabat dengannya, hingga yang terjadi, segudang keruwetan yang ada.
Ada yang pernah merasa? Ada yang
mengakuinya? Ada yang tersenyum-senyum sendiri saat setelah membaca pernyataan diatas tadi? Kurasa dari kalian para pembaca ada yang pernah mengalami fase sedemikian rupa. Merasa absurd, merasa tidak ada yang simpati sama sekali dan akhirnya menepi mengunci diri. Wajar jika hal tersebut terjadi tapi segera mungkin perlu kita sadari bahwa, segala apa yang kita rasakan tergantung bagaimana naluri menikmatinya, mindset juga menjadi salah satu hal dasar dari sebuah usaha bahagia. Menikmati kehidupan yang menyerang, menikmati proses di segala perjalanan adalah menu utama untuk melahirkan perasaan menerima.
Selain itu mindset dan prasangka yang baik juga menyertainya. Manusia memang apa yang dirasa, maka sayangilah manusia. Sayangilah diri kita sebagai manusia, dengan menerima dan berjalan sebaik mungkin sembari mencari makna atas segala hal yang terjadi, sayangilah sesama dengan saling menghargai, menganggap ada, saling bersahabat, saling menemani minimal mendegarkan sebuah cerita, dan menyadari bahwa ketika kita sedang menyakiti orang lain, pertanda kita sedang menyakiti diri sendiri. Terus hidup dengan mindset seperti hal tersebut, memang tidaklah mudah, perlu adanya hidayah dan pembelajaran yang harus setiap saat diasah, tetapi percayalah bahwa niat yang baik akan melahirkan sesuatu yang baik pula.
Oleh : Aiena Rissa F
Tidak ada komentar:
Posting Komentar