Klikmedia9.com - Kegemukan menjadi momok yang tidak dapat dihindari oleh sebagian wanita di dunia. Gemuk atau kelebihan berat badan akan berlanjut menjadi obesitas lalu menjadi obesitas ekstrem. Obesitas merupakan masalah kesehatan yang perlu diperhatikan.
Image : pixabay |
Mengutip laporan Statistik Kesehatan Dunia 2012 yang dikeluarkan WHO, mengatakan setengah miliar manusia atau 12 persen manusia di dunia tergolong menderita obesitas. Dari penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa hal yang mempengaruhi kegemukan seseorang, diantaranya :
1. Genetik
Sebuah kajian menyatakan setiap orangtua yang kegemukan atau obes kemungkinan akan memiliki keturunan yang gemuk. Hasil penelitian oleh Perusse 1996 membuktikan massa lemak tubuh maupun pembagian antara lemak sentral dan periferal dipengaruhi oleh genetik.
2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin perempuan lebih rentan terkena obesitas dibanding pria. Perempuan memiliki banyak jaringan lemak, lemak tersebut memiliki fungsi untuk kebutuhan ketika hamil dan menyusui. Berbeda dengan pria yang memiliki jaringan otot yang aktif daripada jaringan lemak. Kalori di dalam otot lebih mudah terbakar daripada kalori yang tertimbun di dalam lemak. Sehingga perempuan lebih rentan mengalami obesitas.
3. Usia
Hasil survei Nasional yang dilakukan pada tahun 1996/1997 di ibukota seluruh provinsi di Indonesia, mendapati kelompok usia 40-49 tahun mengalami kegemukan. Penyebab adanya perubahan status sosial ekonomi yang terbilang sudah mengalami kemapanan, hingga mengalami perubahan pola makan yang lebih layak dan istimewa. Seiring bertamabh usia, akan terjadi penurunan produksi sejumlah hormon. Selain itu, otot mengalami penurunan massa yang mengakibatkan penurunan metabolicrate. Kehilangan massa otot ini berperan terhadap penurunan metabolicrate sebanyak 2-5% per dekade. Hali ini secara otomatis akan berdampak pada penambahan berat badan secara gradual, kira-kira 5 kilogram per dekade.
4. Sarapan
Unervesity of Minnesota berhasil menguak perkara kebiasaan dari 3.598 relawan berusia 18-30 tahun, sebanyak 43,2 persen relawan menyatakan jarang sarapan yaitu 0-3 hari per pekan. Sedangkan sebanyak 21,7 persen mengaku sering sarapan yaitu 4-6 hari perpekan. Sisanya 31,1 persen mengatakan sarapan setiap hari. Berselang 18 tahun kemudian, mereka diamati ulang. Hasilnya , mereka yang sarapannya masuk kategori sering dan setiap hari secara signifikan sangat kecil kemungkinan untuk terjerat obesitas.
5. Konsumsi Alkohol
Alkohol merupakan minuman yang dapat menimbulkan berbagai dampak timbulnya penyakit. Salah satu pengaruhnya adalah obesitas. Para ahli mengatakan bahwa di dalam alkohol mengandung banyak lemak. Dengan alasan tersebut tidak dapat dipungkiri jika nilai kalori yang dihasilkan oleh minuman alkohol sangat besar.
6. Kebiasaan Mengonsumsi fast food
Fast food merupakan makanan cepat saji, sehingga praktis dikonsumsi banyak orang. Pakar gizi dari UGM Yogyakarta menemukan 7,8% remaja di kota Yogyakarta dan 2% remaja Kabupaten Bantul mengalami obesitas. Rata-rata asupan energi anak obes di kota Yogyakarta adalah 2818,3 ± 499,4 kal/hari, sedangkan rata-rata asupan energi remaja non-obes di kota Yogyakarta adalah 2210,4 ± 329,8 kal/hari lebih tinggi dibandingkan remaja non obes. Dari kesimpulannya bahwa remaja obes 2-3 kali lebih sering mengonsumsi fast food seperti Mac Donald, Kentucky Fried Chicken, Pizza dan sebagainnya.
Oleh : Salimatut Taqiya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar