"Silahkan yang merasa berorganisasi dan merasa memiliki organisasinya, silahkan acungkan jarimu ke atas..!!! Begitu perintahnya."
Terkadang, bahkan kerap kali orang-orang yang mengikuti organisasi dimanapun itu mereka berada, disibukan dengan beragam varian jenis kegiatan dan aktifitas, yang tentunya padat merayap jadwalnya, seperti halnya jalan raya, yang selalu lalu lalang ramai dipenuhi dengan kedatangan dan sirkulasi beragam kendaraannya. Saat seragam kebesaran organisasinya, ataupun atribut yang menunjukan identitas organisasinya terpakai di momen-momen tertentu, banyak orang kemudian menyematkan pada mereka sebagai seorang ‘organisatoris’, ya organisatoris. Tapi apakah organisatoris itu cukup menjadi sebuah sematan belaka kalau si orang yang berorganisasi tersebut menggunakan atribut dan melaksanakan agenda organisasinya saja..?, apakah seperti itu saja..?
Tentunya organisatoris itu berorganisasi dengan berbagai macam tetek bengeknya, administrasi lah, keuangan lah, sumber daya manusia lah, jaringan lah, tata kelola organisasi lah, dan ‘Lah Lah Lah yang lainnya. Tapi begini ya, katakan saja si orang yang berorganisasi tersebut punya gaya yang.., ya cukup oke lah kalau di lapangan, saat sedang beraksi, saat sedang tunjukan kemahiran berkeahlian A, B, C sampai Z mereka, tapi sekali lagi apakah iya betul seperti itukah organisatoris..?, kalau Cuma keren di lapangan, tapi si orangnya itu miris di dalam mengelola organisasinya gimana..?, gimana hayoo..?? masihkah organisatoris..?, karena semua makanan pasti ada dapur dan tungkunya yaa, yang tidak serta merta 'Bim Sala Bim Jadi Apa Prok Prok Prok atau Kun Fayakun' kemudian tiba-tiba semuanya beres, tentunya organisasipun punya dapur kan ya..?
Itu baru muqoddimah ya.. wahai pembaca yang budiman, pembaca yang ganteng dan cantik rupawan beneran nggak bohongan.
Jadi begitu ya pintu masuknya, sekarang begini nih pembahasannya.
Dalam menjalani sebuah peran menjadi seorang organisatoris, hari ini kita perlu memahami bahwa segala hal yang muncul kemudian di permukaan sebagai bentuk eksistensi organisasi bukan serta merta lahir dan ada begitu saja dengan sendirinya, atau dalam bahasa yang lebih maco ‘Terbentuk Secara Alamiah’ , bukan ya.., semua pasti ada prosesnya. Konsekuensi logis dari setiap masakan yang dihidangkan dengan cita rasa yang aduhai memikatnya, tidak jarang hanya dinikmati dan dinilai saja kelezatannya, akan tetapi jarang sekali terfikirkan di benak mereka, katakanlah para konsumen, “Sebenarnya siapa yang memasak makanan tersebut, dengan bumbu dan bahan yang seperti apa, dengan takaran yang seperti apa, dan sebenarnya siapa kokinya, laki-laki atau perempuan, masih sendiri atau sudah berpasangan”, haha.. yang terakhir itu hanya tambahan saja ya... Kalau kita lihat organisiasi dalam konteks modernitas, makanan-makan tersebut dengan segala perangkat pewujudnya, akan begitu sama, begitu halnya dengan organisasi.
Salah satu hal yang akan menentukan kualitas organisasi itu sendiri, baik secara esensial maupun secara eksistensial berawal pada pengelolaan organisasi, atau katakanlah bagaimana manajerialnya. Karena kalau kita berbicara pengelolaan maka berbagai macam seni upaya untuk merencanakan, aktualisasi, implementasi, sampai evaluasi, dan menutup berbagai kekurangan dengan solusi adalah hal yang teramat vital dalam mengelola sebuah organisasi. Mungkin secara penerapan di tahapan awal sudah terlaksanakan apa yang tadi kita bahas sebagai pengelolaan atau manajerial, akan tetapi perlu kita kaji kembali sebagaimana kita melihat hasil pengelolaannya. Katakanlah.., for example yaa.., dalam perencanaan suatu kegiatan atau agenda pastilah ada sebuah perencanaan, dan.., ya tentu saja berbagai organisasi pasti punya dan tahu hal tersebut, tapi pertanayaan yang simple, bahwa ketika kita melihat satu pembahasan panjang sebuah perencaanaan yang sudah matang (katanya sih), ternyata faktanya di lapangan tidak sesuai dengan yang telah direncanakan, kenapa dapat terjadi demikian..?, satu clue untuk refleksi kita bersama hari ini yaa, bahwa berbagai macam pertimbangan kita masih belum cukuplah menjadi sebuah langkah preventif dari sebuah rencana, misal saja..
"Kalau Kita Melaksanakan Ini Dengan Pertimbangan Ini Dan Alasan Yang Seperti Ini Kemudian Orientasinya Seperti Ini Kira-Kira Kalau Seperti Ini Kita Harus Seperti Ini, Dan Kalau Seperti Itu Ya Kita Bertindak Seperti Itu, Opsi Yang Lain Seperti Ini Dan Opsi Lainnya Lagi Seperti Ini, Maka Hasilnya Akan Seperti Ini, Dan Kira-Kira Di Jangka Pendek Akan Seperti Ini, Jangka Menegahnya Seperti Ini, Dan Jangkan Panjangnya Seperti Ini, ".
dan kita jarang sekali sebagai organisatoris hari ini mematangkan setiap perencanaan sampai maksimal seperti pembahasan tersebut, solusinya gimana..? belajarlah dan berlatihlah..!, berani mencoba dan jangan takut yang namanya salah.
Kita baru di pembahasan awal dalam seni mengelola ya.., perencanaan. Sangat mungkin sekali refleksi-refleksi yang lain muncul setelah pembahasan pada langkah pengelolaan berikutnya, tapi.., perencanaan dulu sajalah. Jadi dari perencanaan tersebut dengan kompleksitas pembahasannya dari sebab akibat sebuah pengadaan kegiatan, konsekuensi logis, pertimbangan berbagai sisi, berbagai opsi cadangan, penanggulangan, dan tindakan pasca pelaksanaan merupakan hal mendasar yang akan menentukan bagaimana terlaksananya sebuah kegiatan sebuah organisasi, yang mana tidak lain tidak bukan, bahwa organisatorislah pemeran utamaanya. Maka segala stabilitas, harmoni, dan kebesaran organisiasi bukan saja hanya dapat dilihat dari kenampakannya saja, saat hal tersebut yang membelenggu kita, agaknya fix hanya penikmat saja yang tak mau tahu menahu bagaimana berbagai hal dapat terjadi di permukaan suatu organisasi.
One more, kenapa dan ada apa dengan suatu organisasi, mengapa dapat maju dan berkembang tergantung pada bagaimana pengelolaannya dan pengelolanya ?, karena maju mundurnya setiap peradaban tergantung bagaimana pengelolaan dan para pengelolanya. Maka maju mundur, berkembang dan stagnannya sebuah organisasi tergantung pada bagaimana para organisatorisnya sebagai pengelola yang mampu atau tidak dalam mengelola organisasinya.
Begitukah organisatoris..???
Oleh: M. Ibram Syah (Kontributor)
PMII Komisariat An-Nawawi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar