Pada setiap tanggal 10 Dzulhijah, dimana kaum muslimin yang sedang menunaikan haji yang utama, yaitu wukuf di Arafah. Memakai pakaian ihram/kain putih tanpa jahitan yang melambangkan kesetaraan makhluk ciptaan-Nya. Tanggal 10 dzulhijah juga disebut "Idul Qurban " karena pada hari itu Allah memberi kesempatan kepada kita untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Bagi umat muslim yang belum mampu mengerjakan perjalanan haji, maka ia diberi kesempatan untuk berkurban, yaitu dengan menyembelih hewan qurban sebagai simbol ketakwaan dan kecintaan kita kepada Allah SWT.
Perayaan Idul Adha ini diambil dari teladan Nabi Ibrahim, ketika Beliau diperintahkan oleh Allah SWT untuk menempatkan istrinya Hajar bersama Nabi Ismail putranya, yang saat itu masih menyusu. Mereka ditempatkan disuatu lembah yang tandus, gersang, tanpa pepohonan, sunyi, dan sepi tanpa penghuni. Tepatnya di sebelah utara kurang lebih 1600 KM dari negaranya sendiri Palestina , tanpa Ia tau maksud dari wahyu Allah menyuruh demikian.
Ketika suatu hati, tatkala Siti Hajar kehabisan air minum hingga tidak bisa menyusui Nabi Ismail, beliau mencari air kian kemari sambil lari-lari kecil (Sa’i) antara bukit Sofa dan Marwah sebanyak 7 kali. Diutuslah malaikat Jibril membuat air keluar dari kaki Ismail yang sekarang kita kenal dengan air zam-zam.
Singkat cerita lembah itu ramai oleh penduduk dan dinamai kota Makkah .Kota Makkah yang aman dan makmur dilukiskan oleh Allah kepada Nabi Muhammad dalam Al-Qur’an:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَـَذَا بَلَداً آمِناً وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُم بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
Artinya: Dan ingatlah ketika Ibrahim berdo’a: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, sebagai negeri yang aman sentosa dan berikanlah rizki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kiamat.” (QS Al-Baqarah: 126).
Idul Adha dinamai juga “Idul Nahr” atau hari raya penyembelihan. Hal ini untuk memperingati ujian paling berat yang menimpa Nabi Ibrahim. Beliau mendapat perintah dari Allah untuk menyembelih putra semata wayang nya, ketika sedetik setelah pisau nyaris digerakkan, Allah berseru dengan firman-Nya menghentikan perbuatannya ,surat As-Saffat ayat 107-110:
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
“Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”
وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ
“Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian yang baik) dikalangan orang-orang yang datang kemudian.”
Dari kisah teladan diatas kita dapat memetik banyak hikmah didalamnya , yang pertama ketaqwaan dari seorang hamba, sebagai seorang yang beriman haruslah kita melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi semua yang Ia larang. Yang kedua tentang hubungan antar manusia, dengan adanya penyembelihan hewan qurban dan membagikannya ke orang yang kurang mampu kita bisa belajar tentang kepedulian dengan sesama makhluk. Yang ketiga meningkatkan diri ,introspeksi diri dan lebih bertaqwa ,mendekatkan diri kepada-Nya. Pada dasarnya semua manusia sama, yang membedakan hanyalah ketaqwaan.
Oleh : Hibatul Ulya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar