Klikmedia9.com - Berbicara terkait generasi bangsa dan ujung tombak perubahan bangsa, pasti kita tidak jauh-jauh dari berbicara dunia Pendidikan. Pendidikan merupakan aspek dasar dalam segala kehidupan manusia, karena dalam kehidupan, manusia tak dapat hidup tanpa ilmu, mulai dari makan, berpakaian, berhubungan dengan sesama, berhubungan dengan sang Khaliq , berhubungan baik dengan segala makhluk yang ada di bumi dan hal lainnya, bahkan dari perkara sederhana sampai perkara yang luar biasa. Dan tentunya dalam dunia Pendidikan kita tidak hanya melulu mengembangkan kecerdasan intelektual saja dengan belajar berbagai ilmu, akan tetapi kita juga di didik untuk memiliki akhlak dan moralitas yang baik selain itu kita juga diajarkan bagaimana bersosialisasi dengan baik.
Di Indonesia sendiri dunia Pendidikan adalah salah satu bentuk nyata untuk menciptakan dan membentuk karakter bangsa, melalui sebuah upaya untuk membentuk generasi yang bermoral dan berbudi luhur. Dimana Pendidikan di Indonesia memiliki upaya untuk mencerdaskan bagsa, dan memiliki peran yang cukup besar untuk menjadikan bangsa Indonesia tidak sekedar cerdas dalam intelektual saja melainkan cerdas dalam bermoral. Nah inilah yang menjadi PR besar untuk tenaga pendidik serta sistem Pendidikan di Indonesia. Bagaimana peran dunia pendidikan dalam mencerdaskan intelektual dan mencerdaskan moral bangsa, keduanya saling beriringan dan berimbang. Karena percuma saja jika cerdas intelektual tetapi bobrok dalam bermoral, membangun negara tidaklah cukup hanya bermodal akal saja bukan?
Untuk saat ini, jika kita berbicara mencerdaskan bangsa, dengan upaya membiasakan membaca buku dan membaca di internet saja sebenarnya sudah cukup, bahkan bisa dikatakan google lebih cerdas dibandingkan seorang guru. Tetapi pertanyaanya apakah dia bisa mencerdaskan moral? Jawabnya tegas, tidak sama sekali!. Karena sesungguhnya kecerdasan moral atau dalam Bahasa yang lebih halus dapat kita katakan budi pekerti yang baik, akhlak yang baik, etika atau karakter yang baik, tidaklah cukup diraih seseorang hanya cukup dengan membaca buku atau searching di internet saja melainkan butuh sebuah nasihat, keteladanan, pembiasaan dari seorang tenaga pendidik atau guru, dan untuk mencapai kecerdasan moral yang sempurna tidaklah dapat dengan mudahnya diraih dalam waktu satu hari dua hari, satu bulan dua bulan bahkan satu tahun dua tahun, melainkan dengan proses yang panjang. Dan di rutinitas manusia saat ini yang serba instan dan cepat, apakah sistem Pendidikan dan tenaga pendidik dapat mendampingi generasi muda untuk mengarungi perjalanan ini?
Dalam realitanya semakin kesini semakin banyak sekali isu-isu yang tidak masuk diakal, dan isu yang seharusnya tidak terjadi jika kita menegok tujuan Pendidikan dan sejarah Pendidikan. Tetapi apa boleh buat jika memang sudah terjadi. Ditahun-tahun terakhir ini banyak sekali kasus yang terjadi dalam dunia Pendidikan mulai dari isu menurunnya moral, isu menurunnya kejujuran, isu bulliying, isu pelecehan sosial bahkan sampai isu pelecehan seksual dan isu sosial lainnya.
Hal inilah yang seharusnya kita renungi dan sikapi dengan cara yang bijak melalui kerja sama yang baik dari berbagai belah pihak. Bukan hanya dari lingkungan Pendidikan dan pemerintah saja yang seharusnya berperan aktif dalam pembentukan moral pada generasi muda, melainkan dari pihak keluarga, lingkungan sosial, lingkungan masyarakat dan pihak yang terkait lainnya. Dapat saya beri contoh dalam ranah keluarga dimana, orang tua dapat berperan sebagai pengawas, pembimbing dan pemberi contoh yang baik layaknya seorang guru yang sedang berperan dalam lingkungan sekolah yang mampu memberi pelajaran dan pengetahuan melalui pengajaran lisan, membandingkan ilmu-ilmu yang ada dengan isu-isu sekitar dan kemudian merealisasikan pengajaran moral dengan sebuah keteladanan berupa tindakan. Sebagai orang tua sudah sepatutnya dapat menjadi siapa saja dan menjadi apa saja untuk buah hatinya. Orang tua harus dapat menempatkan posisinya sebagai guru, ayah, ibu, kakak, adek serta teman untuk buah hatinya. Dengan begitu seorang anak tidak akan tertekan dan akan mudah untuk diberi nasehat terkait apa yang seharusnya dipahami dan dilakukan oleh anak.
Oleh: Aiena Rissa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar