Misalnya kita banyak kenal orang yang luar biasa upaya perjuangannya untuk membela segala yang benar, tetapi ia tertinggal oleh pengetahuan bahwa kebenaran dan ketidakbenaran dewasa ini harus juga didekati secara struktural dan sistematik. Hampir tidak ada setitik debu di zaman ini yang berdiri sendiri, yang steril dari keterkaitan struktural. Sedemikian rupa sehingga kita juga harus menemukan rumusan tentang beda antara dosa personal dan dosa struktural. Ketertinggalan ini menyebabkan posisi perjuangannya menjadi tidak strategis dan tidak efektif.
Sementara dhallin adalah orang yang tahu tetapi tidak mau, yakni kita-kita semua ini yang belajar ilmu habis-habisan, bertukar informasi secara sangat efektif dan canggih, serta mengetahui persis segala yang benar dan tidak benar dalam kemanusiaan, politik, ekonomi, hukum dan sebagainya, tetapi tidak cukup melakukan apa pun yang sepadan dengan canggihnya pengetahuan kita atas semua itu.
Hingga saat ini kita menjumpai betapa berbahayanya ilmu pengetahuan. Orang yang tidak tahu apalagi yang terlanjur tahu banyak, tidak mengaktualisasikan pengetahuannya dalam perjuangan, tampaknya logis untuk menanggung dosa sebanyak pengetahuannya yang tidak diamalkan. Apalagi kecenderungan di mana berbagai kerusakan manusia dan sejarah, banyak bersumber justru dari keterpelajaran manusia, sehingga banyak kalangan kemudian mengambil sikap pragmatis untuk lebih memilih 'bodoh asal baik daripada pandai tapi jahat'.
Oleh: Shalimatut Takiya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar