Klikmedia9.com - MAHBUB DJUNAIDI, beliau adalah sosok penulis, wartawan, kolumnis, aktifis yang terlahir pada 27 Juli 1933 dan meninggal pada 1 Oktober 1995. Beliau lebih akrab di panggil dengan sebutan Bung, beliau bung mahbub adalah ketua umum pertama kalinya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia. Ayah beliau, H. Djunaidi adalah seorang tokoh utama NU dan sebagai anggota DPR pemilu 1955. Bung mahbub merupakan putra pertama dari 13 saudara kandung.
Mahbub Djunaidi lahir di Jakarta, namun pindah ke Solo karena kondisi di Jakarta yang sedang bergejolak. Selama di Solo, ia bersekolah di Madrasah Mambaul Ulum. Pada saat itulah, ia mulai mengenal beragam karya sastra mulai dari Mark Twain, Sutan Takdir Alisyahbana dan lain-lain. Ia terkenal sebagai tokoh wartawan dan sastra. Selain itu, ia merupakan mantan aktivis HMI dan sekaligus Ketua Umum PMII Pusat pertama. Karya-karyanya banyak tersebar.
Beliau terkenal sebagai penulis yang memiliki banyak ciri khas yang tidak dimiliki oleh orang lain. Tulisan beliau terkenal singkat, padat, jelas serta humor, dan yang paling menarik dari tulisan bung mahub adalah beliau menyisipkan sindirannya secara jenaka. Dengan lincah, halus, serta jenaka beliau mebahas persoalan demokrasi, hak asasi manusia, korupsi, kelakuan para pembesar, kebejatan moral, kehidupan rakyat kecil serta berbagai permasalahan yang terjadi di masyarakat lainnya yang cukup kompleks. Beliau juga terkenal sebagai sosok pembela kaum kecil.
Beliau sosok yang kritis dalam suatu kejadian maupun permasalahan, seperti salah satu tulisan beliau yang mengkritik pemerintah pada masa orde baru, “Demokrasi itu bisa dibunuh di dalam lembaga demokrasi, oleh para demokrat, dengan cara-cara yang demokratis,” . Penguasa yang tidak suka dengan masukan dan kritikan masyarakatnya, sudah pasti mereka gerah jika membaca tulisan-tulisan sindiran dari bung mahbub. Hingga beliau pernah di penjara tanpa ada alas an dan tuduhan yang jelas.
Padahal pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yang dengan senang hati menerima kritikan dari rakyatnya, bukan malahan membenci dan mengancam mereka yang melontarkan kritikan. Padahal kritikan bung mahbub dalam tulisannya selalu diikuti humor-humor, karena memang sudah watak beliau seorang yang humoris dan lucu.
Jika bukan orang yang luar biasa, maka tidak akan mungkin meninggalnya diperingati dengan acara haul akbar yang ke-20 oleh sahabat sahabati aktifis PMII Jakarta yang diselenggarakan di STAINU pada tahun 2015. Bayangkan saja, haul yang ke-20, dari awal kematiannya selalu di kenang, diingat dan didoakan oleh banyak kalangan. Seperti yang pernah di utarakan oleh bung mahub sebelum meninggal dunia, “ Inget !! kalau gue meninggal nanti, gue pengen kayak presiden. Gue pengen jenazah gue di kawal motor-motor gede, kalau bisa yang banyak, supaya rang-orang ngeh kalau gue dah pergi.”
Dan persis pada tanggal 1 oktober pagi saat meninggalnya beliau, jenazahnya di antar oleh ratsan motor gede sampai ke makam, dan ternyata meninggalnya beliau selalu di kenang dan diperingati sampai saat ini. Banyak hal yang dapat kita teladani dari sosok beliau, dari beliau kita elajar menjadi sosok yang kritis, kreatif dalam menyampaikan sesuatu, baik, peduli serta humoris, dan beliau yang sangat dikenal sebagai sosok sastrawan serta penulis yang terkenal, bisa kita jadikan motivasi untuk meningkatkan budaya literasi kita warga Indonesia yang sudah mulai merosot jauh.
Referensi: Buku BUNG Memoar tentang Mahbub Djunaidi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar