Ilustrasi by freepik |
“Coba dadi aku kuat po atimu?, mesti kowe sambat ora kuat”
Lirik yang menarik sih menurut saya, hehe. pasti familiar ditelinga kita kan?
Era pandemi hampir dua tahun sekarang ini salah satunya berefek pada ruang sambat mejadi cukup fulgar, dari yang menjadi korban Covid-19 , terkena PHK, sudah merencanakan untuk melangsungkan pernikahan diundur atau menjadikan prosesi acara menjadi lebih sederhana, walaupun itu bukan saya, hehe, dan orang tua yang sudah jeleh dan semenep melihat anaknya yang katanya sekolah hanya rebahan di kamar scrolling sosial media dan nge game.
Beruntunglah bagi yang bisa memanfaatkan moment ini untuk memaksimalkan potensi diri menjadi lebih produktif, tanpa dikungkung mata pelajaran atau kurikulum yang terkadang justru membuat menutup potensi original dalam diri untuk berkembang. Banyak hal yang bisa kita lakukan, mulai dari belajar ilmu secara mandiri sesuai curiosity dalam diri, belajar di organisasi atau mencoba hal baru.
Kalau bicara potensi di era sekarang, skill pribadi dapat menjadi penopang yang lebih mayor daripada hanya sekedar lembar formal dari lembaga pendidikan. Walaupun ya jangan sampai mengesampingkan pendidikan, karena itu juga sangat penting. Saya hanya ingin menyampaikan bahwasannya ilmu bisa kita peroleh tidak hanya di lembaga formal saja namun seperti filosofi dari Ki Hajar Dewantara “Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah”, bahkan sekarang ditambah dengan majunya teknologi pengetahuan menjadi sangat mudah kita akses kapan saja dari jurnal, artikel ebook, tutorial di youtube dan lainnya. Yaitu Kembali kepada kita, tinggal mau atau enggak. Ndang tandang rasah malesan.
Satu satunya jalan untuk menghadapi tantangan atau permasalahan seperti lirik “coba dadi aku kuat po atimu?, mesti kowe sambat ora kuat” di atas ya dengan ilmu sebagai jalan untuk survive. Ini bisa kita terapkan dalam banyak aspek. Sebagai contoh seperti ketika kita mendapat tanggung jawab pribadi atau dalam organisasi. Menghadapi banyak kepala yang memiliki isi, latar belakang, dan ego berbeda dikoordinir dalam satu visi bukanlah satu hal yang mudah, namun sedetik pun tak pernah kau berpaling dariku, beruntungnya aku….. eh.
Tanggung jawab ini akan melatih kita untuk daulat mengontrol nafsu atau ego kita di tanggung jawab yang lebih besar, misal ketika ada yang karirnya di politik praktis, lirik “coba dadi aku kuat po atimu?, jawabannya “yo mesti kuat” dengan modal sudah selesai dengan dirinya dapat memandang kasus korupsi di politik praktis dapat dilihat dengan apa adannya bahwa itu perbuatan biadab apapun alasannya, bukan memandang biadab karena kita tidak mendapat bagian, atau karena yang memiliki kesempatan korupsi bukan saya. eladalah.
Di aspek lain efek dari pandemi ini kita lebih leluasa untuk merenung, muhasabah atau merefleksikan diri, ojo kesuwen nganti ratandang-tandang, membuat goal-goal pribadi atau organisasi yang akan dicapai dijangka terdekat, menengah dan jangka panjang. Misale rabi. eh.
Merenungi, menghayati perjalanan, atau perjuangan hidup itu menurut saya penting daripada sekedar sombat-sambat, karena ideal kaum intelektual harus selesai dengan dirinya sendiri agar bisa menyelesaikan permasalahan diluar dirinya. salah satu kutipan favorit saya dari salah satu senior PMII Kyai Mustafied “Perjuangan yang gagal dihayati adalah perjuangan yang tidak layak untuk dilanjutkan.”
Salam Pergerakan!!!
Oleh : I. Alfatta (Kontributor)
Betway Online Casino | Kadangpintar
BalasHapusPlay Betway Online Casino games for real money. We have the highest payouts 온카지노 역사 and the largest promotions. Choose from hundreds of games and receive