klikmedia9.com - Kisah ini ku ceritakan dari pertama aku
merasakan apa yang namanya itu “cinta”.
Cinta terhadap sahabatku sendiri. Cinta yang nano-nano rasanya.
Ada kalanya aku bahagia, ada kalanya aku sedih lalu menangis, ada kalanya aku
cemburu, ada kalanya aku ingin marah, dan aku seakan merasa benci yang namanya
rasa cinta. Ingin tak punya lagi rasa cinta, yang katanya membuat hati
berbunga-bunga. Sahabat yang ku cinta telah melupakan aku yang selalu ada
untuknya. Yang selalu berusaha menghibur dikala sedih. Dia lebih memilih orang
baru yang tiba-tiba datang ke hidupnya dan merubah apa-apa yang ada pada
sahabatku. Itu pilihannya, aku bisa apa? Mungkin ini skenario-Nya. Ya sudahlah.
Ini
ceritaku tentang aku dan sahabatku yang aku cintai !
Kisah Pertama
Pagi yang indah. Mentari mulai memancarkan cahayanya. Embun pagi yang di kaca jendela kamarku itu masih mengalir karena sisa hujan tadi malam. Kicauan burung yang menyambut pagi dengan caranya sendiri. Begitu pula aku, aku menyambut pagiku dengan caraku sendiri. Aku membuka jendela kamarku menghirup udara pagi yang beraroma embun sejuk yang menenangkan. Aku memandangi apa yang ada disekelilingku. Sejenak, pikiranku berhenti dan pikiranku hanya menampilkan slide-slide tentang Aldi, Aldi, dan Aldi. Siapa dia? Eits, bukan, Dont negatif thinking. Dia bukan boyfriend, atau TTM. Dia adalah sahabatku.
Ya, hari-hariku aku habiskan dengannya. Entah itu bergurau, bercerita, makan bareng dan apapun itu, aku melewatinya bersama Aldi. Sudah kurang lebih tiga belas tahun aku bersahabat dengannya. Selalu saja senyum indah itu tak bisa aku lenyapkan. Emm, senyum yang penuh kebahagiaan. Namun juga ada sedihnya.
Aaagh!
Cukup. Next.
Oh ya, namaku Vella Anindya sekarang aku masih kuliah dan memasuki semester 7, umurku 22 tahun, hobi ku bernyanyi, travelling dan online, aku punya cita-cita menjadi sekretaris manager yang handal. O ow, cukup perkenalannya, sampai disitu saja. Lanjut aja ceritanya ya..
Dulu,
Rasa suka, cinta dan sayangku kepada Aldi mulai tumbuh saat aku kelas satu SMP dulu. Disaat dia menjadi cowok terkece di sekolah, dan menjadi cowok yang cool yang digemari cewek-cewek.
Bagaimana tidak? Aldi adalah cowok yang keren alias cool berwajah tampan dan dia suka memakai topi. Sedangkan aku? Aku adalah cewek yang dengan gaya sederhana hanya mengikat rambutku dengan dicepol dibelakang dan ada poni yang sampai mata. Gaya khas aku.
Oke, dibilang kurang modis lah
gak style-lah aku tetap gak peduli, ini hidupku. “Ini hidupku” kata yang selalu
Aldi katakan ketika orang lain mengomentari tentang apa yang ia miliki atau
yang ia lakukan karena itu hidupnya. Beruntung, saat di SMP, aku selalu sekelas
dengannya, posisi duduknya aku dimeja urutan pertama dari depan, nomer tiga
dari kiri dan dia nomer empat dari kiri. Jadi aku bisa sering-sering curi-curi
pandang deh. Hehee.
Memang Aldi anak
yang mudah gaul dengan siapapun, orangnya care kepada siapa aja, begitu pula
kepada -cewek yang menggilainya.
Huh, aku selalu
curhat kepada Okky sahabatku, kalau aku suka cemburu kalau Aldi itu suka deket
sama temen-temen ceweknya. Aku juga bilang sama Okky kalau aku suka dan cinta
sama Aldi, eehh malah Okky bilang,
“Vel, kamu itu lagi
cinta monyet, besok beberapa bulan lagi palingan kamu juga udah suka sama cowok
lain,” ujar Okky datar.
Namun, perasaan ku
nggak berubah sama aja kalau aku masih suka dan cinta sama Aldi sampai aku
kuliah ini. Ternyata Okky bohong. Masa,
yang ngerasain cinta antara manusia dengan manusia dibilang cinta monyet. Dasar
Okky, mungkin malah dia kali ya, yang cinta monyet alias cinta sama monyet. hahahaha.
####
Setiap pagi aku
selalu dijemput oleh Aldi, seperti biasa, dia pasti datang pukul enam lebih
tiga puluh menit. Waktu itu jam menunjukkan pukul enam lebih dua puluh menit.
Aku sedang menikmati sarapan nasi goreng spesial ala Mamaku. Tiba-tiba, Aldi
dengan terengah-engah menghampiriku di meja makan.
“Hey, kamu kenapa
Al? Kok sampe kerenggosan gitu, kaya dikejar kuntilanak aja,' tanyaku heran.
“Ini emeng lagi
dikejar kuntilanak, eh maksudku Bu Kun, PR Matematikaku belum aku kerjain,
Vel.”
Krik krik, OMG.
“Ya ampun,” ucapku
sambil memukul kepalaku sendiri.
“Aku nyontek punya
kamu ya, Vel, pliiss.” Pintanya sambil memberikan kedipan genit. Dia ngayuh
sepedanya terus sampai nafas di kerenggosan cuma mau ngopast PR
matematika punyaku. Kebiasaan Aldi yang membuatku rindu dengan kedipan
manjanya, dan cemberutnya ketika tidak aku izinkan ngopast PR punyaku.
Kangen.
“Iya, tuh ambil di
tas aku.”
“Makasih banget ya,
Vel, kamu emang sahabat terbaik," jarnya.
“Iya lah, Vella
gituu” ucapku dengan sombong, Aldi lalu memukulku dengan buku matematikanya,
lalu kami tertawa bersama.
Setelah itu, kami berangkat sekolah bersama. Aku dibonceng Aldi dengan sepedanya. Aku berdiri dibelakang, memegang pundaknya dengan erat. Sudah terbiasa bagiku seperti itu, dan aku menikmatinya, aku bahagia. Tercium bau gel rambut yang dia pakai. Di perjalanan, suasana masih nyaman, asik, dan enjoy. Banyak canda yang kita ukir waktu itu. Sampai di sekolah, suasana jadi berubah. Yang tadinya nyaman jadi runyam, yang tadinya asik jadi berisik, yang tadinya enjoy bikin aku muak!
Gimana nggak coba, semua langsung pada teriak manggil nama Aldi, Aldi, Aldi. Tambah lagi yang bikin aku jijik, kakak-kakak kelas yang genit-genit langsung lari kalau udah lihat Aldi markirin sepedanya, pipi Aldi dicubit-cubit.
Aduuhh... No Problem! Saat sepeti itu, aku yang akan membuat cemburu mereka
semua, jika Aldi sudah nggak tahan dengan ulah mereka, langsung tangan aku
ditarik sama Aldi. Mungkin mereka heran, kenapa setiap hari Aldi ngeboncengin
aku, main bareng sama aku, akrab sama aku, intinya disetiap ada Aldi disitu
pasti ada aku, Vella. Ahahaha. Aldi and Vella memang cocok kan Mbak, Mas, Bu,
Pak, Om, Dek, cocok kan, semua? Iyee..
***
#Bersambung
Tim Redaksi : Malika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar