Source: Kumparan |
Kebahagiaan yang mereka cari adalah kesenangan, sedangkan kesenangan bervariasi dengan suasana hati di luar kendali kita.
Jika ingin bahagia hanya untuk bahagia saja, mungkin akan sulit untuk bahagia karena banyaknya kendala dan hambatan dalam hidup.
Misal kita seneng pas gelarnya cepet, eh pas lulus stress lagi, bosen lagi.
Bahagia itu sebenarnya sederhana, disampaikan Fahrudin Faiz yang membahas intisari pemikiran Marcus Aurelius di akun YouTube Alzamira Chanel.
Kebahagiaan ada di kepala Anda dan tergantung pada kualitas pikiran Anda, maka berbahagialah. “Jangan menunggu popularitas baru bahagia, jangan menunggu bahagia baru bahagia karena bahagia bebas dari keterikatan, carilah di dalam diri, jangan lelah, carilah kebahagiaan di luar. berkarakter,” kata Fahrudin Faiz.
Bagaimana jika kita memiliki masalah? Bagaimana cara menghadapinya?
Jadi ketika Anda tersiksa oleh sesuatu di luar diri Anda, rasa sakit itu sebenarnya bukan berasal dari benda itu sendiri tetapi dari apa yang Anda rasakan dan Anda memiliki kekuatan untuk mencabutnya kapan pun Anda mau dan rasa sakit itu segera hilang. “Sadarlah, panggil kembali dan bangun lagi untuk menyadari bahwa yang mengganggumu hanyalah mimpi. Lihat realita ini seperti saya memahami mimpimu,” kata dosen filsafat di UIN Yogyakarta itu.
Intinya yang membuat kita sakit adalah dua hal, harapan dan kekecewaan. Harapan datang dari masa depan dan kecewa dari masa lalu.
Masa lalu dan masa depan adalah dua hal yang tidak kita miliki sekarang, jadi mengapa kita bisa melukai sesuatu yang tidak ada?
“Hidup kita kekinian, maka hiduplah sesuai fitrah dan berpikir positif, ubahlah sikap,” kata Fahrudin.
Redaktor: Takiya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar