Sosok Gusti Nurul Wanita Berpendidikan Yang Menolak Dipoligami, Begini Kisahnya! - Klik Media 9

Breaking

Minggu, 23 Juli 2023

Sosok Gusti Nurul Wanita Berpendidikan Yang Menolak Dipoligami, Begini Kisahnya!

Foto Gusti Nurul.

Apabila kita bicara soal sejarah, kita akan menemukan sosok perempuan   anggun bernama Gusti Raden Ayu Siti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumawardhani. Wanita berpendidikan pada eranya ini lebih dikenal menggunakan nama Gusti Nurul.


Ia adalah seseorang Putri Mangkunegara VII yang lahir pada 17 September 1921 silam. Sosoknya dikenal luas mempunyai kecantikan yg luar biasa & dikenal menjadi Kembang Mangkunegaran.


Gusti Nurul adalah salah  satu orang Indonesia yang wajahnya pernah masuk pada majalah legendaris, Life, terbitan Amerika Serikat.


Tepatnya pada 25 Januari 1937 atau terbitan ke-25, majalah tadi memajang foto Gusti Nurul tengah menari pada hari pernikahan Putri Juliana dan Pangeran Bernard. Acara pernikahan tadi diadakan pada 6 Januari 1937. Saat itu Gusti Nurul masih berusia 15 tahun. Ia menari pada hadapan Ratu Belanda bersama pejabat-pejabat & tamu kenegaraan.


Setelah paras cantiknya terpampang pada majalah mancanegara, sontak nama dan kecantikannya beredar luas baik pada daerah Hindia Belanda (nama Indonesia dulu) dan pada luar Hindia Belanda.


Foto Gusti Nurul.

Kecantikannya yg tersohor ini lalu menciptakan para tokoh besar  negara pada saat itu jatuh hati dan berminat meminangnya.


Sebut saja contohnya nama Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Raja Kasultanan Yogyakarta itu pernah bermaksud meminang Gusti Nurul dalam ketika oleh ayah Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara VII (1885-1944) masih hidup.


Tetapi, Gusti Nurul terang-terangan menolak pinangan oleh raja Yogyakarta itu. Alasannya cukup diplomatis. Ia mempunyai prinsip bahwa pantang baginya seseorang wanita   berpendidikan tinggi pada zaman itu dimadu seperti yang dialami oleh Kartini.


Selain Sri Sultan Hamengkubuwono IX, beberapa pangeran menurut Keraton Surakarta pula pernah menambatkan hati kepadanya. Salah satunya merupakan Kolonel Gusti Pangeran Haryo Djatikusumo, mantan Kepala Staf Angkatan Darat.


Tetapi Gusti Nurul tetap teguh menolak lamaran itu lantaran sang pangeran telah memiliki seorang istri.


Selain beberapa para bangsawan tadi, Soekarno pula sempat mengutarakan keinginannya ingin mempersunting primadona Mangkunegaran itu.


Bahkan Sutan Syahrir pula turut bersaing untuk mendapatkan hati Gusti Nurul. Apakah mereka berhasil mendapatkan hati Gusti Nurul? Tentu saja tidak.

 

Dari kisah Gusti Nurul kita bisa mengambil pelajaran bahwa perempuan   yang berpendidikan dan mempunyai value tidak akan pernah mau dijadikan sebagai pilihan kedua oleh laki-laki.


Gusti Nurul dapat menjadi salah satu sosok yang patut menjadi panutan untuk para perempuan masa kini, salah satunya tentang keteguhannya mempertahankan pendiriannya yang tak ingin menjadi orang ketiga dalam sebuah rumah tangga, sebab baginya perempuan berpendidikan pantang untuk menjadi madu.


Tak hanya anggun dan jelita, Gusti Nurul pun cerdas dan multitalenta. Ia pandai menunggang kuda, setiap sore menjelang senja dia rutin berlatih berkuda di Pamedan Mangkunegaran dan tentu saja para pemuda berebut buat menonton sang putri saat berkuda lantaran ingin menyaksikan secara langsung kecantikannya. Tidak hanya pintar berkuda Gusti Nurul pun pandai  berenang dan bermain tenis.


Selain itu, Gusti Nurul pula seseorang aktivis sosial. Dalam sejumlah catatan sejarah, berkat pendidikan barat yg dipelajarinya semasa sekolah, Gusti Nurul juga menaruh sumbangsih pemikiran yang sangat krusial pada masa pergolakan fisik pasca kemerdekaan, terutama di Solo dan sekitarnya. Maka tidak heran apabila Ratu Wilhelmina memberinya julukan “De Bloem Van Mangkunegaran” lantaran terkesima dengan kecantikan dan kepandaiannya.


Demikianlah kisah Gusti Nurul, Kisah Sang Bunga dari Mangkunegaran yang dapat menjadi teladan untuk para perempuan Indonesia atas keteguhan, keberanian, serta pemikirannya yang melampaui zamannya dan senantiasa mengajarkan untuk menjunjung tinggi harkat, martabat, dan kehormatan kaum Hawa.


Tim Redaksi : Lina Setiani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar